Wednesday, April 8, 2009

Dipaksa Jadi Golput


Besok, 9 April 2009, Pemilu Anggota DPR/DPD/DPRD diadakan di seluruh provinsi Indonesia. Selama ini, dalam sejumlah Pemilu sebelumnya, saya selalu menggunakan hak saya untuk memilih. Tapi, untuk Pemilu besok, saya dipaksa jadi golput lantaran saya tidak mendapatkan Surat Pemberitahuan Waktu Dan Tempat Pemungutan Suara Model C4 yang ditandatangani oleh ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) di wilayah tempat tinggal saya di kelurahan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Dengan kata lain, saya tidak terdaftar di daftar pemilih tetap Pemilu legislatif 2009.

Dari kami sekeluarga, istri dan putra saya yang sudah memiliki KTP memperoleh surat pemberitahuan tersebut yang diberikan oleh ketua RT kami; sedangkan saya, karena, menurut ketua RT, kesalahan teknis administratif di kelurahan, tidak mendapatkannya. Putri saya belum cukup umurnya untuk ikut Pemilu. Kata ketua RT beberapa hari lalu, saya tetap bisa mengikuti Pemilu dengan menunjukkan KTP saya pada petugas di tempat pemungutan suara besok. Tapi baru saja saya mendapat pemberitahuan bahwa tanpa membawa dan menyerahkan surat pemberitahuan tersebut seseorang tidak bisa mengikuti Pemilu. Maka, sudah pasti, besok saya akan menjadi golput yang dipaksa keadaan!

Ada rasa penasaran dalam hati saya. Bagaimana tidak! Di mana-mana saya menyatakan, bahwa kita harus tidak menjadi golput dalam Pemilu 2009. Kepada anggota gereja saya, saya mengatakan hal itu. Kepada teman-teman saya, saya juga menyatakan hal yang sama. Kepada istri dan dua orang anak saya, hal yang sama juga saya tegaskan. Kepada diri saya sendiri, saya juga mengatakan, jangan jadi golput! Perasaan penasaran dan kecewa ini saya juga sudah ungkapkan kepada ketua RT saya; dan dia menjawab enteng dan menghibur: "Kan masih ada Pemilu Presiden, pada bulan Juli yang akan datang!"

Ya, sudah pasti saya akan ambil bagian dalam Pemilu Presiden yang akan datang ini! Mudah-mudahan tidak terjadi lagi kesalahan teknis administratif yang serupa! Harap KPU bekerja lebih profesional lagi! Menjadi golput itu seperti menjadi liliput di negeri dongeng yang namanya Indonesia. Oh Indonesia, kapan engkau akan menjadi negeri sungguhan?! Ngurus Pemilu aja kok nggak becus!! Apalagi ngurus nuklir!