Tadi pagi, sekitar pukul 09.00, tanggal 9 April 2009, saya mengantar istri dan putra saya ke TPS dekat rumah di Kelapa Gading Barat, Jakarta Utara, Indonesia, untuk mereka memakai hak mereka memilih wakil-wakil rakyat yang akan duduk dalam lembaga-lembaga legislatif negara ini (DPR, DPRD dan DPD). Dalam pemilu legislatif 2009 kali ini, mereka tidak mencoblos, tetapi mencontreng. Contreng, contreng, contreng! Begitu teriak seorang petugas dengan pengeras suara, berkeliling mengunjungi rumah-rumah penduduk sejak pagi tadi.
Di lokasi TPS, saya masih mencari tahu apakah saya yang tidak mendapatkan surat pemberitahuan dari pelaksana pemilu setempat boleh mencontreng. Jawabnya tegas, Tidak boleh! Ya, sudah, tidak apa-apa, kata saya. Saya duduk saja di sebuah bangku yang disediakan, sementara dari kejauhan memandangi istri dan putra saya yang sedang mencontreng. Inilah pertama kali putra saya ikut pemilu. Senang hati saya melihat putra saya ini ikut serta untuk kali pertama dalam kegiatan demokratis penting negeri ini. Saya berharap, nanti, di masa depan yang dekat, putra saya ini dapat lebih jauh berperan dalam pembangunan demokrasi di negeri ini. Saya pribadi, sangat mendambakan Indonesia berhasil menjadi negeri demokratis sepenuhnya kendatipun 85 persen penduduknya beragama Islam, agama yang di mana-mana sering dituding sebagai agama yang tidak bisa sejalan dengan demokrasi modern!
Sehabis mencontreng, kami pulang kembali. Di rumah, saya dan putri saya hampir berbarengan mendapat sebuah SMS yang isinya berita bahwa perusahaan Starbucks Coffee, mulai pukul 12.00 siang sampai pukul 17.00 sore, menyediakan segelas kopi harum gratis di setiap gerainya di seluruh Indonesia bagi setiap warganegara yang telah ambil bagian dalam pemilu legislatif 2009, dengan menunjukkan kelingking kanan mereka yang bernoda tinta biru pemilu. Tepat pada waktunya, saya mengajak istri dan putra saya mendatangi sebuah kedai modern Starbucks Coffee di Mal Artha Gading, Jakarta. Betul, di sana sudah terlihat antrian cukup panjang orang yang ingin mendapat secangkir kopi Starbucks gratis. Istri saya memberikan jatah segelas kopinya kepada saya. Ya, betul, segelas plastik kopi Starbucks yang, kalau dibeli, mahal harganya itu memang harum dan sedap rasanya. Saya meminun habis satu gelas kopinya, sambil berharap, semoga malam ini tidur saya tidak terganggu karena pengaruh kopi.
Tapi saya bertanya-tanya dalam hati, apa hubungan segelas kopi Starbucks dengan pemilu legislatif 2009? Tentu saja minum segelas kopi Starbucks gratis adalah bagian dari kegiatan periklanan perusahaan kopi terbesar dan termahal di dunia ini. Tetapi apa ada makna lebih jauh dari sekadar iklan, saya bertanya sendiri. Anda bisa menjawabkannya untuk saya. Tapi saya sendiri menjawabnya demikian: minum segelas kopi gurih gratis Starbucks setelah mencontreng dalam pemilu legislatif 2009 ini barangkali akan ampuh membuat rakyat Indonesia tetap terjaga, tidak mengantuk, selama 5 tahun ke depan untuk mengawasi dan mengontrol dengan tajam bagaimana wakil-wakil rakyat yang mereka telah pilih melalui Pemilu legislatif 2009 menjalankan tugas kenegaraan mereka! Segelas kopi gratis Starbucks akan berefek panjang selama 5 tahun ke depan! Hebat juga perusahaan kopi Starbucks ini! Sihir apa yang ada dalam segelas kopi gratisan itu? Harry Potter atau Dedy Corbuzier sendiri belum tentu bisa menjawabnya!