Ioanes Rakhmat's blog founded on Feb 21, 2009
Even though it could destroy orthodoxy, let us think critically because being capable of thinking critically is the most precious gift for humankind given by nature to be used accountably for the goodness of all terrestrial and extraterrestrial beings now and forever
Die Wahrheit erleuchtet mich!
Kebenaran menerangi saya!
Sunday, May 31, 2009
Abraham Dikunjungi Tritunggal Kristen??
Teks Perjanjian Lama lainnya yang kerap dipakai kalangan sistimatikus Kristen untuk menopang tritunggalisme Kristen adalah Kejadian 18:1-33. Dalam perikop Kitab Suci ini dikisahkan bahwa Abraham mendapatkan kunjungan tiga orang tamu ketika dia sedang duduk di pintu kemahnya waktu hari panas terik (18:2). Abraham menerima dan menjamu mereka dengan sebaik-baiknya (18:3-8), sebagaimana adat-istiadat semitik mengharuskan orang untuk bersikap baik dan ramah kepada tetamu atau orang-orang asing yang datang berkunjung tanpa direncanakan. Dalam perikop ini, ketiga orang itu disebut silih berganti sebagai satu orang (“TUHAN”, “dia”, “-Nya”, “Aku”) dan sebagai lebih dari satu orang, yakni tiga orang (“mereka”, “orang-orang itu”). Penyebutan tiga orang ini secara bergantian sebagai satu orang dan sebagai tiga orang ditafsir kalangan sistimatikus Kristen ini sebagai rujukan kepada tritunggal ilahi yang merupakan salah satu pilar bangunan doktrinal kekristenan Barat. Dalam doktrin tritunggal Kristen, ketigaan ilahi ada dalam kesatuan ilahi, dan kesatuan ilahi ada dalam ketigaan ilahi. Tetapi, apakah penafsiran semacam ini tidak sangat dipaksakan terhadap teks Perjanjian Lama yang ditulis berabad-abad sebelum kelahiran doktrin kekristenan Barat ini di dalam suatu dunia yang sama sekali berbeda ?
Hal pertama yang harus dicatat adalah bahwa doktrin tritunggal kekristenan Barat ketika dikonstruksi oleh para pemimpin gereja beberapa abad setelah masa kehidupan Yesus tidaklah dimaksudkan sebagai triteisme, kepercayaan pada tiga Allah yang terpisah satu sama lain. Kalau “tiga orang” yang berkunjung kepada Abraham ditafsir sebagai perkunjungan tiga oknum ilahi, yang berkunjung ini adalah tiga sosok ilahi yang terpisah satu sama lain, yang masing-masing dari mereka berjalan sendiri-sendiri dan memakan makanan sendiri-sendiri yang telah disediakan Abraham. Pemakaian sebutan numerik “tiga orang” di sini melahirkan triteisme, bukan monoteisme Yahudi atau tritunggalisme Kristen. Tritunggalisme Kristen adalah doktrin tentang adanya tiga oknum ilahi yang satu sama lain tidak terpisah meskipun masing-masing memiliki individualitas sendiri-sendiri. Jadi, angka tiga dalam perikop tentang Abraham yang dikunjungi tiga orang tamu ini tidak bisa ditafsir atau dipahami dalam bingkai doktrin tritunggal Kristen. Selain itu, dalam kisah alkitabiah mengenai Taman Eden (Kejadian 3:1-24), ketika Allah digambarkan berada di bumi, di taman itu, tidak digambarkan ada tiga sosok ilahi yang berjalan-jalan di taman itu pada hari-hari yang sejuk, melainkan hanya satu sosok ilahi (3:8).
Jika sebutan tiga orang dalam perikop tentang hospitalitas Abraham itu jelas tidak mengacu kepada Allah tritunggal, bagaimana angka tiga ini harus dipahami? Ini bukanlah masalah berat. Penulis surat Ibrani dalam kanon Perjanjian Baru menafsirkan orang-orang yang berkunjung ke Abraham sebagai malaikat-malaikat (Ibrani 13:2). Teks Kejadian 19:1 menyebut bahwa dari antara tiga orang yang berkunjung ke Abraham itu, dua adalah malaikat. Mereka bertiga, dalam Kejadian 18:22, digambarkan sedang berjalan ke Sodom. Nah, kalau dua di antara mereka adalah malaikat, maka tentu saja yang seorang lagi adalah TUHAN atau Yahweh sendiri, yang dalam perikop tentang Abraham yang didatangi tamu ini tampil banyak kali berbicara langsung kepada Abraham (dan juga sekali kepada Sara). Jadi, Yahweh di sini, bersama dua malaikatnya, digambarkan berkunjung kepada Abraham, dan Yahweh sendiri berbicara kepada Abraham, meskipun tentu saja malaikat TUHAN pun dapat menjadi jurubicara Yahweh seperti terjadi misalnya dengan Hagar (Kejadian 16:7).
Nah, dalam doktrin tritunggal Kristen Yesus Kristus tentu saja tidak dipahami sebagai salah seorang malaikat Tuhan. Jadi, Kejadian 18 sama sekali tidak bisa dijadikan sebuah teks skriptural pendukung dogma tritunggal, dan sama sekali tidak boleh dipaksa demikian. Tetapi, angelologi (=ajaran tentang malaikat) Yahudi bisa jadi juga melatarbelakangi keyakinan orang Kristen perdana ketika mereka menjelaskan hubungan Yesus dengan Allah YME dalam bingkai kristologi inkarnasi. Pokok tentang ini akan diulas pada saatnya nanti.
Subscribe to:
Posts (Atom)