Saturday, February 21, 2009

Membangun Jaringan Progresif

Membangun Jaringan Progresif

Dear para pengunjung Critical Voice Blog,

Saya mengantisipasi pembentukan sebuah Jaringan Pemikir Religius Progresif, disingkat JProgresif. Jaringan ini bersifat plural, mencakup orang dari latarbelakang keagamaan berbeda yang berpikiran progresif. Di bawah ini, saya post penjelasan tentang nama JProgresif. Jika anda berminat ambil-bagian di dalamnya, jangan sungkan, katakan kepada saya lewat blog ini. Sementara ini sebuah milis yang diberi nama milis JProgresif sudah dibangun; dan jika anda tergerak untuk menjadi member milis ini, sampaikan kepada saya lewat blog ini juga.

Salam,
Ioanes Rakhmat

Penjelasan Nama
Jaringan Pemikir Religius Progresif (JProgresif)

Kata
Jaringan menunjukkan bahwa ada simpul-simpul yang mengikat dan menyatukan para anggota JProgresif, sehingga semuanya membentuk suatu jaring yang kuat dan terkoneksi satu sama lain. Simpul-simpul ini, sesuai dengan nama organisasinya, adalah pemikiran-pemikiran religius yang progresif.

Kata
jaringan juga mau menegaskan bahwa jaringan ini tidak bisa hidup sendirian; melainkan selalu terkoneksi dengan jejaring lainnya yang ada di sekitarnya sehingga membentuk jejaring yang makin luas dengan simpul-simpul yang semakin banyak. Karena itu, JProgresif membangun relasi dengan banyak jejaring lainnya yang memiliki visi dan misi yang sejalan.

Jika sebuah jaring ditebar dengan bagus, jaring ini bisa menangkap dan menghimpun banyak ikan. Begitu juga, jika JProgresif bekerja dengan bagus dan profesional, jaringan ini akan menghasilkan banyak hal yang bisa menyehatkan kehidupan beragama dalam masyarakat. Posisi dan cara menebar jejaring, perhitungan waktu yang tepat untuk menebar, tempat di mana menebar, umpan-balik yang diangkat, cara merawat jejaring, semuanya ini akan menentukan keberhasilan kegiatan JProgresif untuk mendatangkan pencerahan dan pencerdasan kehidupan beragama masyarakat.

JProgresif adalah perhimpunan para
pemikir religius. Sebutan pemikir tidak harus berarti sarjana. Semua orang, dari berbagai tingkatan pendidikan yang berbeda, dan dari berbagai latar belakang keahlian dan profesi, yang mau memikirkan dengan serius hal-hal keagamaan yang ada di sekitar mereka dan dalam dunia ini adalah para pemikir religius. Berbeda dari orang beragama pada umumnya, orang yang aktif dalam JProgresif, siapapun mereka, adalah orang yang mau mengambil jarak dari agama dan memikirkan agama itu dengan kritis, untuk dapat menghasilkan pembaruan dan pencerahan religius dalam aneka ragam tingkatan. Pemikiran yang diharapkan muncul mencakup pemikiran yang sederhana sampai pemikiran yang kompleks, bergantung pada kapasitas intelektual dan pengalaman hidup pribadi para anggota JProgresif. Dengan demikian, sebutan pemikir religius adalah suatu sebutan yang tidak eksklusif, melainkan suatu sebutan yang inklusif yang dipakai untuk mengajak orang sebanyak-banyaknya untuk memikirkan dengan cerdas, serius dan kritis hal-hal keagamaan apapun.

Para pemikir dalam JProgresif adalah para pemikir religius. “Religius” di sini berarti hidup dengan berbasis pada dan terarah kepada suatu Hakikat Transenden yang menyelimuti dan meresapi segenap ciptaan. Hakikat ini dipercaya manusia sebagai suatu hakikat yang mengasihi dan menyayangi segenap makhluk di dalam dunia ini, yang mendorong dan memampukan manusia untuk menjalani suatu kehidupan yang bermoral luhur pada masa kini dan berpengharapan pada suatu masa depan yang menjadi penggenapan dan penyempurnaan kehidupan di masa kini dan dalam dunia ini. Hidup dengan iman dan kepercayaan pada suatu Hakikat Transenden semacam ini diharapkan akan melahirkan suatu kehidupan yang menghargai nilai-nilai kebajikan, keindahan, kebenaran, keadilan, kesetaraan, persaudaraan, kejujuran, kesederhanaan dan kebebasan serta tanggungjawab.

Para pemikir religius dalam JProgresif adalah para pemikir religius yang progresif.
Progresif berarti berwawasan maju, bergerak ke depan, antisipatif, inovatif, liberal, reformatif, liberatif. Berwawasan progresif berarti berpikir ilmiah, bernalar, intelektual, antidogmatis, terbuka pada pembaruan dan perubahan, terbiasa dengan uji-coba metode-metode, pendekatan-pendekatan dan hipotesis-hipotesis baru, untuk menghasilkan kesimpulan-kesimpulan baru yang lebih dapat diandalkan, lebih cerdas dan lebih mencerahkan dalam cara beragama manusia sehingga akan dihasilkan sebuah kehidupan insani yang dicirikan oleh persaudaraan, persamaan, kebebasan, kedamaian dan keadilan yang langgeng dan berskala global.