Thursday, December 10, 2009

Kita Membutuhkan Lebih Banyak Lagi Sosok seperti Pak Ioanes Sehingga Keberagamaan Yang Kita Jalani Akan Makin Lebih Cerdas, Kritis dan Dinamis . . .

Sebuah opini pribadi tentang Pak Ioanes Rakhmat

oleh Noviany Lucian Thenu

Anggota Gereja Kemah Abraham


Ketika saya bertemu pertama kali dengan Pak Ioanes Rakhmat di acara kelas midrash Gereja Kemah Abraham asuhan Abuna Jusuf Roni , saya melihatnya sebagai suatu sosok yang tidak takut untuk berpikir kritis dan seorang yang konsisten dalam pemikiran. Sosok pemimpin seperti inilah yang dibutuhkan di dalam mendorong jemaat untuk lebih membuka wawasan dalam berpikir dan makin bertumbuh dalam iman. Menurut saya, jemaat yang bertumbuh adalah jemaat yang bisa berpikir kritis dan bisa menunjukkan jati diri sebagai orang Kristen melalui perbuatan-perbuatan nyata di tengah masyarakat yang majemuk di negeri Indonesia dewasa ini.


Salah satu pandangan Pak Ioanes yang membuat saya tertarik adalah bahwa kekristenan Yahudi perdana perlu dikenal dengan benar oleh gereja-gereja di Indonesia sekarang ini. Kenyataannya adalah selama ini informasi dan data mengenai Judeo-Christianity susah ditemukan dalam terjemahan bahasa Indonesia. Dalam sepuluh kali tatap muka kelas midrash yang di bawakan oleh Pak Ioanes, yang berlangsung selama kurang lebih tiga bulan, informasi dan analisis teks-teks kuno tentang kekristenan Yahudi telah diberikannya dengan sistimatis dan mencerahkan. Hemat saya, Pak Ioanes telah berhasil memberi banyak pemaparan yang sangat menarik mengenai konflik-konflik yang terjadi antara para pembela kekristenan Yahudi awal yang mempertahankan Taurat Musa dan Rasul Paulus yang memberitakan suatu injil lain yang membebaskan orang Kristen dari Taurat Musa.


Semua pengetahuan yang saya dapat tentang kekristenan Yahudi perdana selama pertemuan sepuluh kali itu membuat saya menginsafi bahwa sejak awalnya gereja Kristen itu memang majemuk, tidak satu warna dan tidak satu aliran, dan karenanya tidak ada satu aliran pun yang boleh mengklaim diri sebagai aliran yang terbenar.

Melalui Pak Ioanes, saya makin terbina untuk menjadi seorang Kristen yang tidak fanatik, beriman membuta, tetapi menjadi seorang Kristen yang toleran terhadap perbedaan berbagai macam pokok teologis, sambil terus-menerus membentuk jati diri yang makin dewasa yang dicirikan oleh ketenangan bersikap dan keterbukaan pikiran.
Itulah hal berguna yang saya telah terima dari Pak Ioanes, meskipun saya belum lama mengenalnya, sejak beliau akrab dengan Abuna Jusuf Roni.

Walaupun tidak dapat dipungkiri juga, kadang kala pemikiran-pemikiran yang dipaparkan Pak Ioanes cukup menggoncangkan kehidupan beragama seseorang, khususnya seseorang yang ingin bertahan mati-matian dalam kepercayaannyan yang lama.

Saat ini dan untuk masa yang akan datang, kita membutuhkan lebih banyak lagi sosok seperti Pak Ioanes di Indonesia, sehingga keberagamaan yang kita jalani akan makin lebih cerdas, kritis dan dinamis.


Kiranya Tuhan selalu memberikan hikmat dan kebijaksanaan kepada Pak Ioanes Rakhmat sehingga di masa yang akan datang pemikiran-pemikirannya bukan saja membuka cakrawala dan memberikan pencerahan kepada umat Kristen, tetapi juga bisa memperkokoh fondasi-fondasi iman yang dinamis.


Selamat memasuki masa emeritasi bagi Pak Ioanes.