Sebuah pendapat putri Pdt. Ioanes Rakhmat
oleh Areta S. Kh. Rakhmat
Siswi kelas 3 SMP Penabur, Jakarta
Ayah kami, Ioanes Rakhmat, adalah sosok seorang ayah yang tegas dalam segala sesuatunya. Orangnya rajin, tekun dan sudah berusaha bekerja mencari nafkah sejak beliau masih duduk di bangku sekolah SMA dulu. Beliau adalah orang yang cerdas, berpikiran luas, kritis, dan tak suka dibatasi dalam pemikirannya. Papa tidak sungkan dan sangat gigih dan berani dalam membela pikirannya demi, katanya, kemajuan masyarakat dan demi kebenaran yang kata papa tidak pernah bisa dikuasai seorang pun sepenuh-penuhnya.
Papa memiliki banyak prestasi sejak muda dan saat ini telah memperoleh gelar kesarjanaan yang tinggi. Hal tersebut sangatlah mengagumkan. Kami sangat kagum dengan pikirannya yang luas. Kami sungguh mengetahui bahwa pikirannya itu benar, dan kami percaya bahwa yang dilakukan atau ditulis oleh papa kami hanyalah apa yang dianggapnya benar dan tidak mengada-ada. Kami mendukungnya dalam hal itu, dan kami tahu bahwa semua itu benar dari cerita dan wejangan beliau berpanjang lebar, bukan satu atau dua kali, yang disampaikannya teristimewa kalau kami sedang dalam perjalanan pulang dari kota Bandung yang kadang-kadang kami kunjungi dalam satu atau dua bulan sekali. Kami sangat kagum atas pemikirannya yang luas yang suka dibeberkannya kepada kami. Menurut papa banyak sekali hal baik di dunia ini yang sebenarnya dapat dicapai jika semua orang memiliki ilmu pengetahuan yang luas serta cenderung menjalani kehidupan dengan berdasarkan ilmu pengetahuan dan kebaikan.
Menurut beliau, seharusnya segala yang tertera dalam Alkitab itu, jika merupakan fakta, harus bisa ditumpukan pada ilmu pengetahuan. Jadi, bukan hanya sekadar suatu kepercayaan belaka yang tak masuk akal jika dipikirkan dengan logika. Seorang Kristen memang berpegang pada Alkitab sebagai pedomannya, namun menurutnya tak semua hal dalam Alkitab dapat diterima. Ada banyak hal di dalamnya yang memang harus dipikirkan kembali dengan menggunakan aturan logika. Menurut saya itulah cara berpikir seorang pemikir seperti papa. Namun bukan berarti semua orang akan dapat dan harus ikut berpikir sesuai dengan pandangan papa itu. Seorang Kristen sudah sepatutnya mengimani apa yang tertera dalam Alkitab jika apa yang tertera di situ berguna buat kehidupan manusia. Tidak hanya dalam agama Kristen, dalam agama-agama lain yang memiliki Kitab Suci yang berbeda pun seharusnya demikian. Dalam bermasyarakat pun kita tidak boleh membeda-bedakan orang-orang yang berbeda agama, karena sesungguhnya sebagai manusia kita semua ini sama. Menurut saya, tak ada agama yang salah, juga tak ada agama yang paling benar. Masing-masing umat beragama mempunyai satu Allah sendiri yang mereka yakini, yang tidak sama dengan Allah umat beragama lain.
Roda kehidupan memang selalu berputar. Tak mungkin seseorang bisa berada di puncak terus sepanjang kehidupannya. Prinsip itulah yang diyakini dan diterapkan papa dalam menjalani kehidupannya. Jadi, kalaupun sekarang ini beliau harus pensiun dari gereja, hal tersebut tak dijadikannya sebagai suatu beban ataupun suatu hal yang ditakuti. Menurut papa, masa depan yang ada harus dijalani dengan tenang dan dengan tetap berpikiran rasional. Saya menyetujuinya. Demikian pendapat saya untuk menutup tulisan pendek ini. Semoga papa dan warga gereja suka membacanya.