Kontras dengan itu, kalangan Kristen kritis non-literalis memahami kisah mukjizat pemberian makan 5000 orang ini sebagai sebuah mitos, sebuah metafora, sebuah perumpamaan, a parable. Sebagai sebuah metafora, sebuah mitos, kisah ini tidak bermaksud mengisahkan sejarah faktual apa adanya, tetapi mau menyampaikan sebuah pesan teologis, antara lain, bahwa Yesus adalah Musa yang baru, yang mengulangi kembali apa yang dulu Musa pernah lakukan bagi bangsa Israel, yakni mendatangkan manna, dalam perjalanan mereka di padang gurun setelah meninggalkan tanah Mesir (lihat Keluaran 16); atau, bahwa Yesus adalah Nabi Elia yang baru, yang sanggup tanpa habis-habis memberi roti kepada orang banyak, kurang lebih serupa dengan apa yang pernah dilakukan Elia kepada seorang janda di Sarfat dalam konteks lain (lihat 1 Raja-raja 17:7-16). Sebuah pesan teologis bukanlah sebuah berita tentang suatu peristiwa sejarah, tetapi sebuah berita yang disampaikan untuk membangkitkan antara lain sebuah penyembahan dan pengagungan, sebuah sikap devosional reverensial, terhadap figur-figur besar yang dikisahkan di dalamnya.
Nah, pada kesempatan ini saya tidak perlu lagi mendiskusikan dengan kritis apakah kisah pemberian makan 5000 orang ini kisah sejarah faktual atau sebuah fiksi teologis (diskusi tentang hal ini, dapat dibaca di sini dan juga di sini). Tetapi, saya ingin memperhadapkan kisah ini pada kenyataan dunia sekarang ini yang tergambar dalam sejumlah data berikut ini.
Sekarang ini, dunia menghadapi kenyataan-kenyataan ini (sumber http://www.millionsofmouths.com):
- 18 ribu anak-anak mati setiap hari karena kelaparan;
- 852 juta orang di seluruh dunia menderita kelaparan;
- 14 juta anak-anak di Amerika Serikat menderita kelaparan;
- 40 juta orang di Amerika Serikat hidup dalam kemiskinan;
- 3 milyar orang di dunia hidup kurang dari 2 US Dollar per hari;
- Biaya pembuatan satu peluru kendali (misil) dapat memberi makan siang setiap hari selama 5 tahun kepada anak-anak yang kelaparan di sebuah sekolah.
Bank Dunia (World Bank) mendefinisikan kemiskinan ekstrim sebagai hidup kurang dari 1,25 US Dollar per hari. Ada sejumlah 1,4 milyar orang di dunia ini yang sekarang ini hidup dalam kondisi miskin ekstrim. Kemiskinan ekstrim paling umum terdapat di Afrika Sub-Sahara dan di Asia Selatan. Bank Dunia mencatat selama abad XX jumlah orang yang menderita kemiskinan ekstrim berkurang, dari 59 ke 19 %, dan sekarang ini persentase kemiskinan ekstrim berada di peringkat terendah. Tahun 1980 masih ada 40%, dan di tahun 2000 susut menjadi 19 %. Tetapi, di kawasan Afrika Sub-Sahara kemiskinan ekstrim meningkat dari 41 % di tahun 1981 menjadi 46 % di tahun 2001; dan bersamaan dengan pertumbuhan jumlah penduduk di kawasan ini, jumlah orang yang miskin ekstrim bertambah dari 231 juta menjadi 318 juta (sumber http://en.wikipedia.org/wiki/poverty).
Nah, data seram di atas tentang kelaparan dan kemiskinan di tingkat global sudah seharusnya membuat gereja-gereja Kristen di seluruh dunia dapat sungguh-sungguh menghadirkan kembali Yesus Kristus di dunia sekarang ini untuk dia, dari sedikit pangan yang tersedia, bisa kembali mengenyangkan orang yang lapar, yang jumlahnya amat sangat banyak, 1 sampai 3 milyar orang, dan bagian terbesar di antaranya adalah perempuan dan anak-anak. Seandainya dulu Yesus faktual bisa memberi makan sampai kenyang 5000 orang laki-laki dengan hanya 5 ketul roti dan 2 ekor ikan, seharusnya sekarang juga dia atau gerejanya bisa melakukan hal serupa.
Tetapi patut sangat disesalkan, di tengah kenyataan kemiskinan dan kelaparan global yang dahsyat ini, 5000 ketul roti malah sekarang ini celakanya dihabiskan hanya oleh 5 orang dewasa Kristen berperut buncit bersama 2 anak mereka yang masih kecil yang terkena obesitas. Kenyataan bahwa orang Kristen sangat serakah tentu saja akan membuat banyak orang tidak bisa percaya sama sekali kalau dulu Yesus Kristus betul-betul pernah memberi makan 5000 orang dengan 5 ketul roti dan 2 ekor ikan!
Bagaimana sekarang ini orang banyak bisa percaya sementara ada sekian gereja di Jakarta sanggup menghabiskan dana ratusan milyar bahkan sampai trilyunan rupiah hanya untuk membangun gedung-gedung gereja supermegah, sementara kemiskinan dan kelaparan masih diderita oleh sangat banyak orang Indonesia?! Anda tidak percaya? Jika demikian, cobalah tengok sebuah bangunan gereja supermegah yang berlokasi di kawasan Kemayoran, Jakarta, dengan kubah lebarnya berwarna biru langit dan dengan dua tower modern warna biru yang tinggi menjulang di sampingnya! Coba Anda tafsir atau cari tahu berapa ratus milyar atau berapa trilyun rupiah telah dihabiskan untuk membangunnya! Ironisnya, pentolan-pentolan konglomerat pebisnis injil ini mengkhotbahkan dengan sangat yakin di mana-mana bahwa Yesus Kristus adalah satu-satunya jalan masuk surga, satu-satunya orang yang bisa mengenyangkan 5000 orang laki-laki dengan hanya 5 ketul roti dan 2 ekor ikan kecil! Ah, rupanya mereka para badut yang suka bercanda!