Pada foto di sudut kiri atas, tergambar saya sedang menyedot kopi susu panas Starbucks di gerai Starbucks Coffee di Mal Artha Gading, Jakarta Utara. Bersama istri dan putri saya, kurang lebih pada pukul 2 siang tadi kami minum kopi susu gratis yang disediakan gerai kopi terkenal ini, suatu pelayanan kepada publik yang juga sudah dilakukan sebelumnya oleh Starbucks pada waktu usai pemilu legislatif 9 April 2009. Seperti terlihat pada foto, pengunjung mengantri untuk mendapatkan segelas kopi susu panas gratis. Dengan menunjukkan tanda tinta biru tua pilpres pada ujung kelingking, seorang pengunjung gerai kopi ini akan mendapatkan satu gelas kopi susu gratis. Pelayanan serupa, yang tentu saja juga merupakan sebuah kegiatan promosi, diadakan juga oleh beberapa perusahaan makanan dan minuman lain, yang memberi diskon khusus di hari istimewa ini.
Ya, hari ini adalah hari istimewa khususnya bagi pasangan SBY-Boediono, karena pasangan ini yang bernomor urut 2, menurut Quick Count independen hasil pilpres yang diadakan oleh Metro TV yang hasilnya diumumkan beberapa jam setelah pilpres 2009 ini usai, mendapatkan perolehan suara 58,88 % (menurut data yang ditayangkan Metro TV pada pukul 17.00 WIB). Pasangan presiden dan wakil presiden dengan nomor urut 1, yakni pasangan Megawati dan Prabowo, menurut Quick Count ini, memperoleh 26,14 % suara; sedangkan pasangan Jusuf Kalla-Wiranto yang bernomor urut 3 mendapatkan 14,99 % suara. Yang juga luar biasa dari pasangan SBY-Boediono adalah mereka, seperti dilaporkan di Live Event Presiden Terpilih Metro TV sore ini, memperoleh suara lebih besar dari 20 persen di 24 propinsi Indonesia dari keseluruhan 33 propinsi. Dengan angka-angka luar biasa ini, berdasarkan Quick Count, pasangan SBY-Boediono dalam pilpres 2009 ini menang mutlak, sebuah kemenangan landslide. Ini juga berarti tidak akan ada pilpres putaran kedua.
Ketika pada acara Live Event yang sama Jusuf Kalla (JK) diwawancarai via TV dan diperhadapkan pada hasil Quick Count, beliau tampak berusaha tenang dan menyatakan menghargai hasil Quick Count, sementara juga menunggu hasil resmi perhitungan suara (real count) oleh KPU. Namun, JK juga menyatakan, berdasarkan laporan-laporan dari daerah-daerah, khususnya dari daerah pemilihan Sulawesi Selatan, perolehan suara untuk pasangan JK-Wiranto sebetulnya lebih tinggi dari yang dihasilkan Quick Count. JK memang berupaya tampak tenang dan tetap bisa tersenyum lebar; tetapi dari tayangan di Metro TV yang saya lihat, terlihat juga guratan-guratan rasa kecewa dan sedih pada wajahnya yang sedang tersenyum. Apakah JK akan masih bisa positif bersanding bersama SBY sampai 20 Oktober 2009 sebagai Wakil Presiden yang masih menjabat, kita lihat saja nanti. JK, JK, anda tidak Kalah!
Sebelum pilpres 8 Juli 2009 ini digelar, saya dan beberapa teman cukup intens mendiskusikan, apakah layak memilih pasangan SBY-Boediono sebagai presiden dan wakil presiden RI periode 2009-2014? Dalam suatu acara pembinaan warga gereja menjelang pilpres 2009 yang saya moderatori, pembicara George Junus Aditjondro, Ph.D., menganjurkan warga gereja untuk menjadi golput, dan dia mempertanyakan mengapa partai SBY, Partai Demokrat, sampai bisa merebut angka 22 persen perolehan suara dalam pemilu legislatif 2009. Begitu juga, saya menangkap kekhawatiran banyak orang Kristen Indonesia bahwa koalisi Partai Demokrat SBY dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang berideologi Ikhwanul Muslimun (dari Mesir) akan makin membuka pintu lebih lebar lagi bagi upaya Islamisasi Indonesia! Saya berpikir-pikir apakah saya bersikap naif jika menyatakan bahwa akan sangat sulit untuk partai Islam manapun mengislamkan Indonesia. Jalan mengislamkan Indonesia sudah terganjal di sana-sini dan sulit berliku-liku; jadi akan sangat sulit, kalau bukan mustahil, jika PKS ingin mengislamkan ideologi negara. SBY boleh dikata adalah seorang mantan militer yang punya cukup pengalaman dalam mengamankan ideologi Pancasila.
Lebih jauh lagi, banyak orang menuduh Prof. Dr. Boediono, pasangan SBY, sebagai seorang antek kapitalisme Barat yang akan membawa Indonesia ke suatu sistem ekonomi neoliberal yang akan makin menyengsarakan mayoritas bangsa Indonesia yang masih hidup dalam kemiskinan dan akan membuat ekonomi dan kekayaan Indonesia makin banyak dikuasai dan dikuras bangsa-bangsa asing.
Boediono telah menulis sebuah buku kecil dan tipis tentang ekonomi Indonesia, dengan bahasa yang mudah dimengerti orang banyak, berjudul Ekonomi Indonesia, Mau Ke Mana? Kumpulan Esai Ekonomi (Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia dan Freedom Institute, 2009). Saya hadir pada waktu buku ini diluncurkan di Perpustakaan Nasional, Jakarta, beberapa minggu lalu. Hemat saya, seliberal apapun sistem ekonomi suatu negara, campur tangan pemerintah tidak mungkin tidak ada sama sekali, minimal campur tangan untuk menciptakan suatu tatanan sosial politis yang stabil dan aman bagi berjalannya suatu mekanisme pasar. Jadi, bagi saya (atau dalam harapan saya), Boediono bisa dipastikan akan memajukan dan menjalankan suatu sistem perekonomian Indonesia yang di dalamnya mekanisme pasar bebas akan berjalan seimbang dengan intervensi pemerintah kalau intervensi ini diperlukan. Tidak masuk akal saya, kalau Boediono seorang diri atau bersama kelompoknya akan bisa menjual Indonesia “habis-habisan” ke tangan bangsa-bangsa asing neo-imperialis!
Tadi siang, sehabis mencontreng, saya juga, via telpon, sudah mengajukan suatu protes keras kepada suatu radio bisnis yang berstasiun di Jakarta yang terus-menerus mengudarakan pandangan-pandangan Kwik Kian Gie yang anti-neoliberalisme dan anti-demokrasi. Kwik mengampanyekan dan menghendaki Indonesia kembali ke UUD 45 murni yang belum diamandemen dan diperintah oleh pemerintahan tangan besi a la pemerintahan Soeharto dulu! Saya khawatir, khalayak ramai Indonesia akan menilai semua keturunan China di Indonesia mendukung visi-visi miring anti-demokrasi Kwik Kian Gie! Saya menyatakan diri sebagai seorang anti-Kwik!
Bagaimanapun juga, saya sementara ini dengan gembira mau mengucapkan selamat kepada pasangan SBY-Boediono yang, berdasarkan data Quick Count Metro TV yang diklaim independen, kredibel dan akurat oleh pihak Metro TV, telah tampil sebagai pasangan presiden dan wakil presiden yang menang besar dalam pilpres 8 Juli 2009! Ingat rakyat kecil, Pak SBY-Boed! Terus berantas korupsi tanpa pandang bulu, Pak SBY-Boed! Bangun ekonomi pasar bebas dan ekonomi kerakyatan sekaligus, Pak SBY-Boed! Jangan ragu bertindak, Pak SBY, sebab Anda tidak perlu lagi berupaya keras mengamankan posisi Anda, sebab Anda segera menjadi kembali seorang presiden yang tidak dapat dipilih lagi untuk periode ketiga! Gunakan kebebasan Anda untuk menyejahterakan rakyat, memajukan supremasi hukum di segala bidang dan mendemokrasikan negara dan bangsa Indonesia! Proficiaaaaaattt!